Menanti damai di Tibet

Tibet (Bod, dilafazkan menurut dialek Lhasa; Hanzi : pinyin: XIzang)
Adalah provinsi dari Republik Rakyat Cina, yang merupakan Daerah Otonomi Khusus RRC yang juga diberi nama oleh Cina Xizang, yang berada di pegunungan Himalaya yang sering dikatakan sebagai puncak dunia, berbatasan dengan Nepal, Bhutan dan India serta Xinjiang, Qinghai dan Sichuan di Cina.

Mayoritas penduduknya adalah beragama Buddha, dengan Lhasa sebagai ibu kotanya. Bertahun-tahun yang lalu, sebelum dibuka oleh Cina, Tibet merupakan daerah yang dikatakan menyimpan misteri bagi para petualang, mengingat pada saat itu tidak semua petualang bisa memasuki daerah itu dan merupakan wilayah tertutup, seperti halnya Mekkah dan Madinah di Arab Saudi yang hanya dimasuki oleh orang Islam.

Tibet dahulunya adalah sebuah kerajaan merdeka yang mengalami interaksi maupun benturan terutama secara politik dengan dinasti-dinasti yang ada di dataran Cina. Raja Tibet diberi gelar Dalai Lama dimana Dalai Lama yang sekarang, Tenzin Gyatso adalah Dalai Lama ke-14. Dalai Lama adalah pemimpin negara Tibet dan sekaligus pemimpin keagamaan.

Tibet menjadi provinsi Cina setelah serbuan tentara merah Cina pada tahun 1950 ke wilayah ini, pada musim gugur 1951 pasukan Cina berhasil menguasai ibu kota Lhasa dan mendongkel Dalai Lama dari kekuasaannya.

Dalihnya, Dalai Lama menolak kesepakatan kerjasama bertajuk "Rencana Pembebasan Damai Tibet" yang teorinya nampaknya menguntungkan Tibet, namun prakteknya Cina melakukan penindasan dan pembantaian terhadap kepala suku dan sejumlah pendeta ("Lama") yang dianggap membangkang, alasan lain Cina adalah "menghapus praktek penindasan bergaya feodalisme" di Tibet.

Namun menurut beberapa analis internasional, Cina mengincar kandungan mineral yang terkandung didalam bumi Tibet. Pada tanggal 17 Maret 1959, Dalai Lama berhasil meloloskan diri dari pengakapan tentara Cina ke India oleh usaha pelarian yang dipimpin oleh Gampo Tashi, dan mendirikan semacam pemerintahan pelarian di Dharamsala, India utara sampai sekarang.

Rakyat dan pemuka Tibet sempat melakukan perlawanan terhadap pendudukan Cina yang menimbulkan banyak korban jiwa khususnya dari pihak Tibet. Namun karena tidak seimbangnya kekuatan persenjataan dan tidak adanya sorotan internasional, perlawanan Tibet, khususnya pada dasawarsa 1970-an berhasil dipadamkan.

Masalah Tibet menjadi ganjalan dalam hubungan internasional Cina dengan dunia internasional khususnya pada dekade 1960-1970-an, terutama hubungannya dengan Amerika Serikat. Namun setelah kunjungan presiden AS, Richard Nixon ke Cina yang mengawali kontak diplomatik AS-Cina, masalah Tibet dianggap terlupakan atau selesai sampai sekarang. Terutama setelah pemimpin kedua Tibet, Panchen Lama, menyatakan bergabung dengan Beijing pada awal dekade 2000-an.

Tulisan diatas adalah gambaran singkat tentang Tibet yang Saya kutip dari Wikipedia bahasa Indonesia. Hingga kini, Tibet masih merupakan daerah konflik yang terus dicemaskan masyarakat dunia. Seperti yang terjadi pada 2008 silam, kekerasan dan pembunuhan terus dilakukan oleh militer China.

Bahkan, masih ditahun yang sama lebih dari 1.000 tahanan di Tibet yang berunjuk rasa menentang pemerintahan China tiga bulan lalu saat ini tidak diketahui keberadaannya. Amnesty International menyebutkan, seperempat dari sekira 4.000 orang yang ditahan polisi dalam kerusuhan di Tibet pada Maret 2008 lalu kondisinya kini tidak jelas. Sementara tahanan lainnya telah dilepaskan atau ditempatkan di penjara resmi.

Menyaksikan itu sepertinya kita hanya bisa mengecam dan prihatin, banyak negara yang tak berdaya menghadapi 'agresi China' disana, mengingat bahwa China kini adalah salah satu negara kuat dengan militer terbesar di dunia.

Gempa bumi dahsyat di Tibet beberapa minggu lalu semakin menambah luka mereka. Dua ribuan orang tewas seketika dan pemerintah China seolah ingin 'menambah' korban tewas dengan mengusir para biksu yang membantu para korban.
"Oh Tibet, maafkan kami yang hanya bisa tertegun tanpa adanya aksi. Sesungguhnya kami mencintaimu. Kami menanti damaimu. Tulus dari hati terdalam, kami berdo'a untukmu".








Masukkan email sobat untuk dapatkan berita terbaru:

0 Response to "Menanti damai di Tibet"

Post a Comment